2/02/2013

Warung Abadi di Gn. Lawu, 2008

Kala itu, Saya sangat jenuh sekali dengan kuliah ini. Saya waktu itu baru masuk di dunia perkuliahan, dan saya mengambil jurusan ekonomi akuntansi. Nampaknya saya salah mengambil jurusan, karena mungkin saya terlalu muak jika terlalu banyak hitung-hitungan, kadang pun sabtu minggu masih di suruh masuk ke asdos, capekk dahh. ckckckck. Jenuh dan penat sekali kala itu, saya ingin keluar dari zona ini. Dan sepulang dari kampus pun saya mampir ke tempat sohib saya, Toni namanya. Toni adalah teman saya sedari SMA, sedari kelas 2 SMA duduk sebangku sampai lulus sekolah, memiliki hobi yang hampir sama, extrakulikuler pencinta alam juga waktu SMA, tetapi dia lebih aktif. Kemana-mana selalu berdua dulu, sampai di kira pacaran, asemm.
Toni/Toha/Tepe


Saya pun tiba dirumah toni dan ketemu Bapaknya. Assalamuallaikum, Toni nya ada Pak?? Tanyaku. Walaikum salam, Gak ada, di belakang sana, di seberang material dia disitu. Jawab si Bapak. Oh iya pak, yaudah saya kesana. Saya pun mencari-cari keberadaan toni, katanya di depan material, kok ga ada ya, yang ada counter hp. Saya coba bertanya di counter itu, mbakada Toni ya mbak?? Tanyaku. Toni?? Toha kalii, kalau Toha ada. Jawabnya. akhirnya di panggil kan si Toha itu. Dan itu si Toni keluar dari dalam counter, ternyata Toni itu kalau di rumah di panggilnya Toha. ckckckck.

Akhirnya ketemu si Toni. Perbincangan pun di mulai. Ngapain lu yud, kaga kuliah?? tanyanya. Udah pulang gw, mampir kesini dulu, Lu kerja disini?? tanyaku balik. Iya gw kerja disini, daripada nganggur. jawab dia seadanya. Naik gunung yukk, mumpung ada libur 1 Muharram tuh, ajakku. Naik kemana?? Merapi yukk?? ajaknya. Ke Lawu aja, lu udah pernah kan ya?? Babeh gw juga mau kesana tapi di bawahnya, kan 1 suro an. ajakku lagi. Hayo-hayo, nebeng ini kan gratis. semangat sekali si toni nampaknya. Yaudah nanti gw kabarin lagi ya. jawabku lalu pergi untuk pulang kerumah. Sesampainya di rumah, saya pun lapor sama Bapak dan Ibu kalau nanti saat suro-an ke Jawa, Yuda dan Toni ikut tetapi naik ke gunung lawu. Dan beliau pun mengizinkan kami untuk kesana. Alhamdulillah. :)

Waktu terus berjalan, kami berdua pun terus mempersiapkan segala perlengkapan dan logistik yang sekiranya cukup untuk dua hari semalam. Hari pun silih berganti, dan hari yang di nanti pun datang juga, 24 Desember 2008, pada sore hari di jadwalkan berangkatnya. Tiba-tiba salah seorang teman ku si Dedo, yang pernah naik sama saya ke Gede, ia pengen ikut juga. Sebenarnya ia harus berangkat pendidikan mapala di kampusnya besok, tetapi karena tidak tau ada masalah apa, ia malah pengen ikut bersama kami, yasudahlah tidak apa-apa. Untung nya di mobil Bapak masih muat 1 orang lagi. Sore pun tiba, setelah semua siap dan barang-barang sudah di masukan ke mobil. Sehabis Maghrib kami bergegas, Bapak, Ibu, Abang Saya, Saya, Toni, dan Dedo semua sudah di dalam mobil dan bersiap untuk berangkat. Bismillah.


Perjalanan menggunakan mobil dari Tangerang ke Karang Anyar Jawa Tengah, kira-kira memakan waktu sekitar 16 jam an. Singkat cerita, supir saling bergantian antara Bapak dan abang saya. kami mengambil jalur Pantura, Solo, lalu menuju Karang Anyar. Alhamdulillah akhirnya kami tiba di Karang Anyar pukul 14.25, dan mencari penginapan di daerah Tawang Mangu, kaki gunung Lawu. Kami bermalam sejenak disini untuk mempersiapkan fisik yang prima untuk esok hari. Di Tawang mangu ini dingin sekali, apa lagi di atas gunung lawunya ya. ckckkckck. Malam itu Saya, Toni dan Dedo mem-packing ulang barang-barang yang di cariel, dan di lengkapi yang kurang-kurangnya. setelah selesai di packing, kami pun ngopi-ngopi dulu sambil bersantai untuk merencanakan perjalanan besok. Selesai bercengkramah, kami pun bergegas tidur untuk menjaga fisik di kemudian hari.



Pagi itu, dingin sekali, membuat tubuh ini malas untuk keluar dari hangatnya selimut. Bangun-bangun langsung sarapan menuju tukang bubur pecel, persis di depan tempat kami menginap. Setelah makan, mandi, dan bersiap dengan segala bawaan, kami pun meluncur menuju pintu gerbang pendakian Gunung Lawu. Jalannya sangat amat menanjak sekali, dari dalam mobil kami melihat sebuah motor matic sedang di dorong karena tidak kuat menanjak. Setelah setengah jam, akhirnya kami pun sampai di pintu pendakian. Pintu Pendakian Gunung Lawu dari sini ada dua, yaitu Cemoro kandang, Magetan, Jawa Timur. Sedangkan yang satunya Cemoro Sewu, Karang Anyar, Jawa Tengah. Memang Gunung Lawu ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.


START PENDAKIAN 





Pendakian di mulai dari cemoro sewu sekitar jam 10-an, dengan biaya pendaftaran sekitar 5rb/org. Pendakian dari cemoro sewu ini seperti ke tempat wisata, karena batu-batuannya sudah tertata rapih. Dari pos pendaftaran ini, sekitar 1 jam, sejenak berhenti hanya untuk membetulkan cariel si Dedo. Jalan kami lanjutkan lagi, dari pos 1 ke pos 2 jalan masih nampak berbatu namun mulai menyempit dan naik turun makin lama makin curam. Pun begitu dari pos 2 menuju pos 3, kondisinya tidak begitu berbeda. Sempat kami temui pula beberapa group yang juga mendaki gunung lawu. Dari pos 1 ke pos 3 ini di butuhkan sekitar 2,5 jam.

pos 3



Setelah beberapa saat beristirahat, perjalanan kami lanjutkan untuk mencapai pos 5. Perjalanan menuju pos 4, jalan mulai menanjak curam dan masih di dominasi bebatuan. Ketika baru berjalan setengah jam, tiba-tiba hujan deras menerjang. Dan kami langsung mengeluarkan jas hujan yang kami bawa. Tetapi Dedo tidak mau mengeluarkan jas hujan, karena masih kuat katanya hujannya belum terlalu deras. 

Berjalan dan terus berjalan di tengah guyuran hujan deras, tiba-tiba dedo minta berhenti, ia kedinginan. Kami langsung membuat   bivak sementara dari jas hujan toni dan saya. Dan kami berlindung di dalamnya. Tetapi baru sebentar berhenti si dedo tetap ingin memaksakan berjalan, tetap dengan egonya, tidak mau memakai jas hujan, yasudah terserah.

Tanpa terasa, kami sudah berjalan di derasnya hujan selama 2 jam, pos 4 sudah roboh, dan goa di sebelah kiri setelah pos 4 yang saya tidak tau namanya itu sudah terlewati. Semua karena hujan deras ini, jadi berjalan tidak berasa. Kami terus berjalan, Toni berada di depan jauh, tampaknya ia sudah kedinginan dan ingin cepat-cepat sampai pos 5. Saat saya dan dedo juga sudah mulai agak kedinginan, Kami jalan menunduk karena supaya tidak di terpa dinginnya angin, tiba-tiba ada yang memanggil. Dan yang memanggil ternyata si toni, ia sudah ada di dalam warung, betapa senangnya saya dan langsung berlari masuk ke dalam warung itu.


Sesampai di warung, Kami pun menghangatkan diri di perapian. Karena begini adanya, jadinya kami tidak mendirikan tenda, dan melakukan segalanya di dalam warung tenda ini. Kami juga memasak di warung ini, walau terkadang kalau malas masak ya tinggal pesan. hihihi. Banyak juga pendaki-pendaki lain yang singgah dan bermalam di warung, walaupun ada pula yang mendirikan tenda di luar.

Kami dan pendaki lainnya terlelap dalam hangat nya warung tenda ini untuk bersiap ke puncak ke esokan harinya.

MENUJU PUNCAK 3265 Mdpl 



Pagi menjelang, kami dan pendaki lainnya untuk menuju puncak lawu. dari pos 5 ini kita dekat sekali dengan sendang drajat, mata air di gunung lawu ini. Dari sini kita berjalan lagi mengitari bukit yang sudah ada jalurnya yang akan membawa kita ke puncak hargo lawu ataupun hargo dumilah.
Dan kami menuju ke puncak hargo dumilah. Cuaca kurang mendukung dan kami harus memilih puncak salah satunya. di hargo lawu, sangat banyak sekali rumah-rumah dan warung abadi ternyata. Yang membuat pendaki lebih di permudah untuk mendaki gunung ini, tidak perlu membawa makanan yang berat-berat. ckckckck. "warung abadi"


puncak lawu 3265 mdpl
Di pertigaan kami menaruh tas cariel disitu dan di tutupin jas hujan dan dedaunan, dan kami menuju puncak lawu melenggang, supaya mudah. Dari pos 5 ke pertigaan memakan waktu sejam. Dari pertigaan itu kita hanya butuh 35 menit untuk mencapai puncak. Dan Alhamdulillah akhirnya kita sampai di puncak tertinggi gunung lawu, puncak hargo dumilah dengan cuaca penuh kabut putih yang menutupi segala pandangan, seperti foto studio.



Kami tidak berlama-lama di puncak, karena berkabut dan agak gerimis, kami hanya sekitar 30 menit di puncak. Kami melanjutkan turun melalui jalur cemoro kandang.  di pos 4 kami memasak dan makan dulu agak lama. Setelah agak lumayan perut terisi, kami melanjutkan perjalanan lagi dengan jalur tanah yang mulai turun terus dan lumayan licin, ada sekitar 10x saya jatuh di jalur ini. hihihi. Kami terus turun sampai akhirnya ketemu malam dan bertemu dengan malam. Kami bertemu dengan pendaki-pendaki lain yang naik. Saat turun, banyak sekali yang naik, dan ternyata kami baru ingat, ternyata malam itu malam 1 suro, pantesan ramai sekali.

Kami akhirnya sampai di pos cemoro kandang sekitar pukul 19.30. Kami tidak sempat lapor, karena ramai sekali waktu itu, jadi langsung saja ke warung di dekat situ, dan beristirahat sambil menunggu Bapak, Ibu dan abang saya besok pagi datang menjemput. Dan paginya kami langsung kembali pulang ke penatnya kehidupan sehari-hari. Terimakasih keluargaku, Tuhan YME, kawan-kawanku yang telah bersama kita memiliki pengalaman baru yang takkan pernah terlupakan.

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق